
Dalam semangat pertukaran budaya dan dialog lintas batas, pameran seni rupa bersama “Resiprokal: Saling Sapa” hadir sebagai bentuk sambutan hangat atas kunjungan tamu dari Kobe Design University ke Yogyakarta. Diselenggarakan oleh Inter Kultura, pameran ini menjadi ajang temu gagasan dan praktik seni antara dua komunitas seni dari dua kota berbeda—Kobe dan Jogja—yang dipertemukan dalam satu ruang kolaboratif.
Sebanyak puluhan karya dari seniman, dosen, dan mahasiswa kedua belah pihak dipamerkan, mencerminkan beragam pendekatan visual, medium, dan narasi yang lahir dari latar budaya yang berbeda. Namun di balik perbedaan tersebut, pameran ini justru merayakan titik temu: rasa ingin tahu, semangat kolaborasi, dan dorongan untuk saling belajar.
“Resiprokal” di sini tak hanya berarti hubungan timbal balik, tetapi juga sebuah gestur sapa—perkenalan awal yang diharapkan berkembang menjadi hubungan jangka panjang dalam medan seni kontemporer global.
Kurasi terasa longgar namun penuh pertimbangan; ruang-ruang di Galeri RJ Katamsi diatur agar memungkinkan setiap karya berbicara tanpa mendominasi yang lain. Narasi personal, isu sosial, eksplorasi identitas, hingga refleksi atas ruang dan waktu menjadi benang merah yang mengalir dalam keberagaman gaya.

Pembukaan pameran pada Senin, 25 Agustus 2025 pukul 16.00 WIB berlangsung hangat dan penuh interaksi lintas bahasa. Meski berbeda dalam kosa kata, bahasa visual menjadi jembatan yang menyatukan semua yang hadir. Salah satu momen yang berkesan adalah saat mahasiswa ISI berdiskusi dengan perupa asal Kobe melalui gestur dan gambar—menunjukkan bagaimana seni bisa menjadi sarana komunikasi yang tak selalu butuh terjemahan verbal.
Salah satu karya menarik datang dari kolaborasi spontan dua mahasiswa yang baru saling kenal beberapa hari sebelumnya: satu dengan latar grafis kuat, satunya lagi membawa sentuhan kaligrafi Jepang. Hasilnya adalah karya yang menggambarkan pertemuan pertama yang canggung namun jujur—persis seperti esensi pameran ini.
Atmosfer galeri terasa cair dan terbuka. Pengunjung dari berbagai latar hadir—mahasiswa, seniman, pengajar, hingga warga umum. Banyak yang memilih duduk lama di beberapa karya, berdiskusi ringan, atau sekadar menyerap suasana.
“RESIPROKAL: Saling Sapa” bukan hanya soal karya, tapi tentang bagaimana pertemuan bisa menghidupkan makna baru dalam proses kreatif. Ia adalah undangan untuk membuka diri, saling menyimak, dan merayakan perbedaan sebagai kekuatan bersama. Semoga ini bukan akhir, tapi langkah awal dari jalinan artistik yang lebih luas dan berkelanjutan.

Leave a Reply